Perpisahan (mayla)
Dengan ditiadakan acara perpisahan, tak banyak yang selalu bersedih, mereka menerima kenyataan yang terjadi karena beberapa hal. Mereka merasa cukup dan tak menyangka bisa melewati akhir dari pendidikan bagi yang mengakhiri pendidikan, lulus dengan aman dengan keadaan sehat bagi mereka sudah cukup, bila memaksakan diri untuk mengadakan acara tersebut akan mengakibatkan risiko yang cukup besar.
Awal masa pandemi membuat para murid tidak bisa melaksanakan pembelajaran secara maksimal, dengan demikian mereka banyak yang kecewa atau timbul penyesalan saat mereka menyia-nyiakan waktu pembelajaran sekolah normal. Namun dengan kelulusan yang unik tersebut, beberapa mereka bisa mengaku bisa bebas tanpa memikirkan tugas atau pembelajaran sekolah, khususnya bagi mereka yang ingin langsung terjun di dunia kerja.
Alumni berpendapat bahwa perpisahan/wisuda bukan menjurus pada kesedihan karena berpisah, lebih tepatnya menjurus ke bangga pada diri sendiri, akhirnya bisa melewati pendidikan selama bertahun-tahun dengan baik, sekaligus awal menjalani kehidupan yang sebenarnya.
Bagi mereka angkatan 2021 masih banyak keraguan untuk diadakannya perpisahan, karena ada pihak yang setuju dan ada pihak yang tak ingin acara perpisahan diadakan. Bagi mereka yang setuju, menganggap perpisahan itu penting karena merayakan kelulusan, kelulusan SMA hanya sekali saja, tidak setiap tahun dan tidak bisa diulang. ”Perpisahan SMA adalah ketika kita saling melepaskan namun kita membatasi dengan momen perpisahan sebagai pembatasan berakhir masa SMA dan memulai masa setelah SMA. Tahun sebelum pandemi sangat meriah dan berkesan indah karena tidak ada halangan apa pun untuk pelaksanaan. Tahun pandemi perpisahan terkesan garing karena hanya berlaku seperti acara sambutan waktu seminar saja. And you must know, ini jadi hujatan dan bahan buah bibir banyak kalangan,” ujar salah satu murid kelas XII. ”Perpisahan itu ibarat jembatan yang menghubungkan antara masa SMA dan masa setelah SMA, momen perpisahan itu penting karena jadi patokan para pelajar untuk kepuasan dirinya sendiri, karena pada acara graduated di sana juga termasuk puncak kepuasan selama menempuh masa SMA,” lanjutnya.
Beberapa murid juga berpendapat bahwa acara perpisahan di masa pandemi ini tidaklah penting. Bagi mereka, acara perpisahan hanya simbolis sekadar formalitas saja, tak terlalu membuat mereka untung, bahkan kerugian juga mereka rasakan. Mereka lebih fokus ke tahap mereka selanjutnya, khususnya bagi mereka yang ingin kuliah. Bagi mereka, daripada uang tersebut digunakan untuk perpisahan yang hanya dibuat sesederhana itu dan tak mengundang kepuasan, lebih baik uang tersebut dipergunakan untuk biaya pendidikan selanjutnya, karena mereka berpendapat bahwa terlalu boros uang, apalagi di masa pandemi ekonomi menurut serta lapangan kerja yang sulit dicari.
Mereka yang menginginkan perpisahan terkadang tak berpikir sampai situ, karena mereka terlalu sulit mengikhlaskan kenangan di masa SMA. Perpisahan tahun 2020 dan 2021 seakan-akan tak ada kesan dibanding tahun sebelumnya, yang dirayakan dengan megah, dengan pertunjukan budaya, bakat, serta berbagai talenta dari para murid di sekolah khususnya murid yang akan lulus.
Di beberapa sekolah dulu, dalam kegiatan perpisahan juga biasa mengundang para wali murid. Namun untuk saat ini di tengah pandemi, di beberapa sekolah hanya mengundang para murid saja tanpa ada kehadiran sosok wali murid. Hal ini membuat para murid kurang puas karena sosok wali murid sangat berperan penting dalam kesuksesan mereka. Mereka bisa mengakhiri masa SMA mereka juga karena jerih payah orang tua atau wali murid. Dulu wali murid bisa melihat anaknya berpenampilan ganteng dan cantik, dengan jas dan kebayanya, berpenampilan gagah, tak terasa anak mereka tumbuh besar dan menginjak masa siap menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Senyuman mereka pecah dengan haru yang membasahi mata indah mereka.
Mereka yang ingin berharap, acara perpisahan bisa dilakukan seperti halnya saat SMP seperti boleh menerima tamu dari luar, untuk mengucapkan selamat, bahkan memberikan sebuah bunga, mengajak foto bersama dan tak sedikit juga yang mengungkapkan perasaannya di ujung perpisahan sekolah. Mereka berharap, saudara, mantan gebetan, mantan pacar, teman, dan sahabat hadir dalam acara tersebut. Namun beberapa sekolah melarang adanya tamu yang tak diundang oleh sekolah, tetap saja di beberapa sekolah masih banyak orang luar yang datang dalam acara perpisahan, karena menurutnya, kehadiran sosok yang berperan penting dalam kehidupannya perlu menyaksikan dan ikut merasakan suka duka bersama walau tak satu sekolah. Tak semua sekolah berani menegurnya, namun kadang tetap saja diperbolehkan asal memenuhi syarat seperti mematuhi protokol kesehatan dan berdandan rapi atau sopan.
Di masa pandemi ini, hendaknya acara perpisahan dibuat sesederhana mungkin, tak terlalu mewah seperti tahun-tahun sebelumnya, karena dengan diperbolehkan adanya acara ini saja sudah lebih dari cukup. Beberapa murid, ada yang menyarankan diadakannya acara ini, walau kecil-kecilan atau biasa saja, yang penting masih ada kenangan kecil, daripada lulus tanpa ada kesan perayaan. Masa pandemi merampas sekitar satu tahun dalam jaringan, membuat mereka jarang bertemu. Dengan diadakannya perpisahan, mereka diberikan kesempatan walau sehari untuk saling tatap muka untuk yang terakhir kali.
Mereka beranggapan, acara ini sebagai tanda terima kasih dan juga memohon doa untuk ke depannya setelah kelulusan. Karena bagi mereka, restu seorang guru itu sangat perlu. Harapan para murid juga semoga para Bapak/Ibu guru diberikan kesehatan, dan semoga ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat dan juga mudah diamalkan dengan baik.
Mereka beranggapan masa perpisahan adalah masa tersedih, di mana tiga tahun bersama lalu berpisah, kenangan yang dulu diukir di kelas, kantin, lapangan, toilet, tak selalu bisa diulang melainkan hanya bayangan dalam pikiran.
Para murid berharap, pandemi Covid-19 segera berakhir, karena pembelajaran sekolah perlu kembali normal, agar kesan perpisahan bisa lebih memuaskan siapa pun yang melaksanakan, bisa berjalan dengan normal tanpa ada hambatan seperti Covid-19. Mereka berharap acara perpisahan untuk adik kelasnya bisa meriah dan dibuat ramai.
Acara perpisahan tahun ini tak bisa berlangsung lama, hanya dibatasi waktu beberapa jam dan itu pun dibuat khusus bahkan ada keterbatasan bagi kehadiran acara tersebut. Seperti dibuat menjadi dua sesi dengan satu sesi berisi sekitar empat kelas. Acaranya pun juga dibuat sesingkat mungkin, tak bisa berlama-lama dan setelah acara selesai diharapkan untuk segera pulang ke rumah masing-masing.
Acara perpisahan juga tak selalu dilaksanakan di sekolah, karena mungkin ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan sehingga beberapa sekolah di Banyuwangi menyewa tempat seperti hotel atau gedung.
Beberapa murid juga tak terlalu mengharapkan adanya acara ini karena faktor ekonomi, terlebih mereka berpikir acara ini tak terlalu penting. Mereka yang belum lunas SPP terkadang sangat keberatan bila harus diwajibkan mengikuti acara ini. Namun masih ada sekolah yang memberikan keringanan dengan memberikan sumbangan untuk membiayai sedikit acara tersebut agar pada murid tidak membayar terlalu besar, karena juga mereka masih keberatan bila harus melunasi tanggungan pembayaran di sekolah. Terlebih mereka juga tak mau ribet bagi perempuan harus berdandan, karena akan ada tambahan biaya.
Acaranya juga dibuat simpel, tak terlalu banyak susunan acara. Mungkin beberapa sekolah hanya mengisi acara dengan serah terima, sambutan, pengumuman, foto bersama, dan mungkin ditambah beberapa susunan acara sederhana lain. Protokol kesehatan wajib diterapkan karena didampingi langsung oleh Satgas Covid-19 Sekolah. Hadirin wajib menjaga jarak tempat duduknya. Tak hanya itu, tak cukup dengan masker, face shield juga diharapkan untuk digunakan. Namun bila saja tidak memakai masker, diwajibkan memakai face shield karena saat sesi foto, diharapkan wajah mereka bisa tampak dalam hasil pemotretan.
Sekolah yang dalam keraguan melaksanakan acara tersebut, juga sampai berniat untuk menggantinya dengan acara lain yang mungkin lebih sederhana dan bermanfaat. Dengan pertimbangan yang besar agar acara tersebut memenuhi kepuasan mereka. Acara tersebut bersifat dalam rasa syukur karena telah berhasil mengakhiri masa SMA mereka.
Komentar
Posting Komentar